Oleh: Lintang Wetan
TUTUR TINULAR adalah sebuah karya sastra yang bermuatan fakta-fakta sejarah milik bangsa ini. TUTUR TINULAR juga jembatan untuk mengisahkan kembali para pejuang Majapahit sebagai bagian dari cikal bakal terbentuknya negeri yang bernama INDONESIA.
Cerita kolosal karya Bpk S. Tidjab ini mulai disandiwarakan di radio dan menuai sukses, kemudian di-filmkan pada tahun 1989 diangkat pada TV serial pada tahun 1997 (Gentabuana). Kali ini di tahun 2011, kisah ini kembali diangkat dalam bentuk sinetron bertajuk Tutur Tinular versi 2011. Namun isi ceritanya sudah melenceng jauh dari cerita naskah asli sandiwara radio, film, maupun serial yang mendahuluinya.
Saya sebagai penggemar kisah Tutur Tinular sampai dibuat bingung-bingung dengan alur cerita yang awut-awutan.
Beberapa hal yang perlu dicermati adalah:
1. Munculnya tokoh asing yang mendominasi melebihi karakter utama, misalnya Respati, biakta, dan laksmi. Bahkan ada tokoh Krishna dan Khamsa dari epik Mahabharata dan Pangeran Bentar dari cerita Saur Sepuh serta Mak Lampir dan Gerandong dari cerita Misteri Gunung Merapi. Waelah dalah!!
3. Latar musik dalam sinetron tersebut lebih banyak bernuansa dangdut India dan instrumen latar yang kedengaran aneh dan volumenya terlalu besar, sampai-sampai dialog para tokoh sulit didengar.
4. Latar tempat dan suasana seringkali tidak sesuai. Misalnya setting hutan yang lebih mirip sebuah taman kota atau taman perumahan. Ada pula teman saya yang mengatakan pernah melihat bata berwarna pink, jalan yang sudah di-aspal, bahkan beberapa kali terlihat tower pemancar telepon selular.... hihi .... lucu banget!
Dari beberapa hal di atas tampaknya kita masih harus bersikap kritis pada kualitas tayangan sinetron di Indonesia hari-hari ini. Kita masih harus belajar banyak pada industri perfilman India, Hongkong, Taiwan, dan Korea, bahkan Hollywood dalam membuat film-film bersetting sejarah kuno yang jauh lebih kontekstual.
Kalau dibandingkan dengan sinetron Tutur Tinular tahun 1997, maka versi 2011 jelas kalah jauh dari banyak segi. Sinetron Tutur Tinular tahun 1997 lebih tampak kolosal, natural, kisahnya orisinil, dan performance pemainnya jauh lebih berkualitas. Hal ini yang membuat Sinetron Tutur Tinular versi 2011 sangat mengecewakan para pecinta sekuel Tutur Tinular, yang rata-rata melek sejarah. Umumnya mereka menuduh sinetron Tutur Tinular telah mengacak-acak dan mengaburkan sejarah Nusantara, sehingga berdampak negatif pada mindset generasi muda terhadap sejarah leluhurnya.
Walau demikian hadirnya sinetron Tutur Tinular versi 2011 ini masih membawa angin segar dalam industri sinetron Indonesia yang hampir tidak pernah mengusung tema-tema sejarah Nusantara. Semoga saja sinetron ini jauh lebih baik di masa-masa penayangan selanjutnya. Salam dan sukses selalu _/\_
wau........ boleh ikutan egk bgs bgt ceritanya......ya k2 please.......
BalasHapuspemerannya aja siluman semua apa lagi alur ceritanya,,busananya juga katrok,dan pasti tkt kedingin ya sekalian pakai jaket biar hangat..
BalasHapusSinetron yang mengacak-acak sejarah dan membodohi masyarakat.
BalasHapus