Oleh : Lintang Wetan
Betapa mulianya teladan Rasulullah, Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah tokoh pembaharu bagi peradaban Mekkah yang masih tertinggal di jamannya, khususnya bila dibandingkan dengan peradaban kuno di sekitarnya. Pada awal-awal abad Masehi, Mekkah bukanlah apa-apa, selain hanya hamparan pasir gersang nyaris tak bertuan. Sebagian kecil penduduk dari suku Quraish, Sulaim, Gathafan, Jusyam dan Badui, hidup dalam hukum "
Rasulullah ingin agar umat di Mekkah punya kelas etika dan peradaban seperti layaknya kaum Yahudi, kaum Nasarah, kaum Nabath di Petra, kaum Majusi dari Parsi, dan kehebatan kerajaan Byzantium serta kisah tutur tentang peradaban Yunani di masa lampau. Mekkah sungguh jauh tertinggal dari titik-titik peradaban tersebut. Tidak ada yang dapat dibanggakan dari Mekkah kala itu selain kemenyan, mur, kasia, kayu manis dan madat. Oleh karena itu Rasul ingin kaumnya bangkit. Keyakinan beliau telah berkobar di dalam dada sejelas ingatannya pada kisah patrotisme sang kakek, Abdul Muntalib yang pernah dengan gagah berani mengalahkan kavaleri gajah Gubernur Abrahah dari Yaman. Kisah itu cukup untuk membuktikan bahwa rakyat Mekkah pasti bisa bangkit menjadi bangsa yang besar dan dihormati oleh dunia.
Untuk itu, orang-orang Mekkah harus diajari akhlak dan etika. Maka Rasulullah pun menyusun aturan-aturan etika dengan detail. Rasul dengan sabar mengajar hal-hal sepele, tata cara ini dan itu. Betapa sulitnya mengajari akhlak pada umat yang keras kepala dan biadab, yang hanya tahu membunuh, makan, buang air dan melakukan hubungan seksual. Tidak mudah membimbing umat yang jahiliyah yang dibesarkan dalam hukum "
Umat di Mekkah diajari mengenal Allah, Tuhan Yang Maha Esa, umat diajari sholat dan puasa agar selalu ingat pada Allah dan dapat menahan nafsu. Jumlah istri yang dulunya tak terbatas, kemudian dibatasi dan harus memberi rasa keadilan bagi kaum perempuan. Harkat perempuan ditinggikan dengan busana burqa agar tidak diperkosa di jalan-jalan oleh para laki-laki. Berbagai dogma disusun demi keteraturan dan kesejahteraan umat. Umat bahkan diajari cara hidup yang bersih melalui wudlu, sunat, ber-siwak (membersihkan gigi), larangan buang air kecil di sembarang tempat, sampai mau tidurpun umat diajari untuk dalam keadaan bersih. Subhanallaah!!
Maka apa yang ditinggalkan oleh Rasulullah pun berhasil membawa rakyat Mekkah menjadi bangsa yang besar dan kuat. Dalam periode selanjutnya ajaran-ajaran Rasul ini menjadi agama tandingan bagi Yahudi dan Nasarah, yaitu agama Islam. Peradaban Islam pada masa khalifah sesudah masa Rasul berkembang begitu pesat dan menjadi kekuatan politik, militer dan ekonomi yang mendunia pada rentang abad 8 – 16Ms.
Itulah jejak Rasulullah, Nabi Muhamamd SAW. Jejak teladan yang ditorehkan pada masanya. Tepat dan kontekstual pada jamannya. Rasul adalah pembaharu bagi sebuah peradaban yang mandeg. Ironisnya ketika roda waktu berputar, jaman terus berganti, dan Islam telah terdampar di jaman modern hari ini, mengapa jejak pembaharuan Rasul justru terhenti. Dogma-dogma yang dulu dicetuskan oleh Rasul yang sudah tidak kontekstual masih terus ditancapkan dalam kehidupan umat Islam. Mengapa para ulama salah menangkap hakikat teladan Rasul yang sesungguhnya, yaitu teladan pembaharuan? Bukankah seharusnya Islam harus terus memperbaharui diri seiring jaman yang terus berubah dan berupaya menjadi yang terdepan dalam kekinian jaman? Mengapa ajaran yang lahir dari sebuah pembaharuan, kini berubah menjadi ajaran yang mandeg dan dogmatis? Siapakah yang salah?
Andaikan saja Rasulullah kembali dari akhirat dan turun ke bumi, lalu melihat kenyataan Islam hari ini, barangkali beliau akan terheran-heran. Mungkin saja beliau akan berkata: Hey, mengapa kalian para ulama masih menggunakan cara lama itu? Itu kan cocok untuk jaman saya, itu kan cocok untuk daerah saya di Mekkah dengan budaya padang pasirnya. Kalian kan hidup di jaman dan budaya kalian sendiri. Mengapa kalian tidak kreatif? Ingat jejak yang telah saya torehkan …. PEMBAHARUAN!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar