Oleh : Lintang Wetan
Teringat pada sosok seorang sufi ... sembari butiran bening di sudut mata hampir tak kuasa tertahan.
Ah .... benarlah memang. Sufi sejati tak pernah pergi, ia terus kembali. Sufi sejati tak pernah mati, ia terus hidup dalam sanubari pencari Al Haaq. Sang Maestro tiba-tiba masuk dalam sunyi, setelah ia keluar dari dirinya menuju Diri Yang Sejati, lalu kembali hidup penuh dengan kemerdekaan, kebebasan, keriangan, sembari sesekali menertawakan dunia, sembari menangisi para penghuninya, sembari membangunkan mereka yang tidur dalam lelap kealpaannya, sembari merobek-robek kain selimut kumal yang hendak menempel padanya, sembari berlari kencang dengan kendaraan fikirannya membawa umat menuju Al Haaq.
Sekilas teringat sebuah tulisan di Majalah CAHAYA SUFI:
“Tolong….Tolooooong Gus…Jangan kencang-kencang anda menyetir kendaraan ummat ini…Kami-kami penumpang bisa celaka….Tikungannya sagat tajam, kelokannya penuh dengan jurang. Jalannya licin Guuuussss….!” Sebuah teriakan para penumpang bermunculan dimana-mana.
Sang pengemudi menjawab santai: “Jangan takut dan jangan kawatir. Mobil ini remnya pakem sekali….Mau tahu remnya? Remnya dibuat dan diproduksi oleh para Ulama Sufi…Ha..ha…ha…..”
“Tapi kami-kami ini kan tidak faham Guuusss…..!”
“Begitu saja kok repot! Ya ikuti saja yang sudah faham…!”
Teringat pada sosok seorang sufi ... sembari butiran bening di sudut mata hampir tak kuasa tertahan.
Ah .... benarlah memang. Sufi sejati tak pernah pergi, ia terus kembali. Sufi sejati tak pernah mati, ia terus hidup dalam sanubari pencari Al Haaq. Sang Maestro tiba-tiba masuk dalam sunyi, setelah ia keluar dari dirinya menuju Diri Yang Sejati, lalu kembali hidup penuh dengan kemerdekaan, kebebasan, keriangan, sembari sesekali menertawakan dunia, sembari menangisi para penghuninya, sembari membangunkan mereka yang tidur dalam lelap kealpaannya, sembari merobek-robek kain selimut kumal yang hendak menempel padanya, sembari berlari kencang dengan kendaraan fikirannya membawa umat menuju Al Haaq.
Sekilas teringat sebuah tulisan di Majalah CAHAYA SUFI:
“Tolong….Tolooooong Gus…Jangan kencang-kencang anda menyetir kendaraan ummat ini…Kami-kami penumpang bisa celaka….Tikungannya sagat tajam, kelokannya penuh dengan jurang. Jalannya licin Guuuussss….!” Sebuah teriakan para penumpang bermunculan dimana-mana.
Sang pengemudi menjawab santai: “Jangan takut dan jangan kawatir. Mobil ini remnya pakem sekali….Mau tahu remnya? Remnya dibuat dan diproduksi oleh para Ulama Sufi…Ha..ha…ha…..”
“Tapi kami-kami ini kan tidak faham Guuusss…..!”
“Begitu saja kok repot! Ya ikuti saja yang sudah faham…!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar